Langsung ke konten utama

Lokalisasi telah MATI, jangan BANGKIT kembali


Sejarah Dolly
Dari setiap negara, tepatnya di kota - kota besar pasti ada lokasi prostitusi termasuk Indonesia sendiri. Siapa yang tak kenal dengan kawasan Dolly yang berada disudut kota Surabaya, yang terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang. Konon, area lokalisasi Dolly ini disebut - sebut sebagai area lokalisasi terbesar se - Asia Tenggara. Bahkan lebih besar dari Patpong di Bangkok, Thailand dan Geylang di Singapura. Lokalisasi Dolly merupakan satu dari empat puluh tujuh (47)  lokalisasi prostitusi yang ada di Jawa Timur, dan termasuk dari enam (6) lokalisasi prostitusi yang besar di Surabaya.


Lokalisasi Dolly yang berada di lima RW di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, terbagi menjadi dua lokalisasi. Pertama, lokalisasi Gang Dolly, dimana deretan wisma terletak di sisi selatan Jalan Jarak. Kedua, lokalisasi Jarak yang letaknya tepat di seberang jalan lokalisasi Dolly. Berdasarkan dokumentasi Kelurahan Putat Jaya, tercatat ada 284 wisma yang beroperasi hingga penutupan Dolly di tahun 2014 lalu. Serta tercatat juga ada 208 mucikari yang menjalankan bisnis prostitusi di Dolly. Dan terdapat 1449 PSK yang mencari rezeki di area lokalisasi Dolly ini.
Sejarah mencatat, area lokalisasi Dolly ini  rupanya dahulu adalah tempat pemakaman warga Tionghoa pada zaman penjajahan Belanda. Namun pemakaman ini disulap oleh seorang Noni Belanda yang bernama Dolly, sebagai tempat prostitusi. Sebagai pencetus komplek lokalisasi di Jalan Jarak, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, maka perempuan dengan sebutan tante Dolly itu kemudian dikenal sebagai tokoh melegenda tentang asal muasal terbentuknya gang lokalisasi prostitusi tersebut. Dalam perkembangannya, gang Dolly semakin dikenal oleh masyarakat luas. Tidak hanya itu, area lokalisasi Dolly ini juga menjadi tumpuan hidup bagi ribuan pedagang kaki lima, tukang parkir, dan calon prostitusi.
Namun area lokalisasi ini akhirnya ditutup oleh Ibu Tri Rismaharini pada Rabu 18 Juni 2014 dengan dibantu oleh GUIB dan IDIAL MUI Jatim, dan resmi dideklarasikan penutupannya oleh perwakilan masyarakat Dolly di Gedung Islamic Center Surabaya. Selain itu, sejumlah pejabat penting seperti Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri, Gubernur Jatim Soekarwo, juga turut menyaksikan penutupan area lokalisasi Dolly tersebut. Tetapi, setelah lima tahun lokalisasi Gang Dolly resmi ditutup, mulailah muncul kasus - kasus prostitusi melalui jalur online di Surabaya. Selain itu, pasca penutupan Dolly ini sendiri,  masih terdapat upaya - upaya para PSK yang menawarkan diri secara sembunyi – sembunyi.
Seperti apa yang diucapkan oleh Ustadz Khoiron dalam kuliah lapangan Kontemporer dan Enterpreneur di masjid At - Taubah yang diselenggarakan oleh mahasiswa UINSA prodi KPI pada hari sabtu tanggal 13 April 2019, beliau menuturkan “Prostitusi itu tetap akan selalu ada selama syaitan tidak hilang. Tetapi bukan prostitusinya yang dihilangkan melainkan apa yang ada di prostitusi itu yang harus kita basmi.”
Selain itu, ustad Khoiron juga menggandeng ustad Abiddin Wahab yang dikenal dengan Abah Petruk dalam usahanya menutup area lokalisasi Dolly tersebut. Sudah sekitar 24 tahun  beliau berdakwah dalam area ini. Adapula, mushollah al - huda yang menjadi saksi bisu perjalanan beliau dalam berdakwah. Dengan beiringnya waktu, mushollah al – huda ini akhirnya berubah menjadi masjid at Taubah pada tahun 1987.
Beliau juga membiasakan para jamaah di dalam masjid  untuk senantiasa membaca 4.444 Sholawat Nariyah. Hingga akhirnya beliau dipercaya oleh warga sekitar sebagai Ta’mir Majid at Taubah dan berbakat mengobati segala macam penyakit. Selain itu beliau juga dituakan dalam lingkungan tersebut pada tahun 1990. Lalu pada tahun 2008 baru bergabung dengan dinas social untuk penutupan area lokalisasi Dolly tersebut. Hingga tertutuplah Dolly pada tahun 2014. Dan pada hari Minggu (21/2/2016), Wali Kota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini mulai meresmikan kampung Dolly menjadi “Dolly, Kampung Wisata Penuh Cerita”.

FORKEMAS yang berubah menjadi IDEAL-MUI Jatim

Berdakwah secara individual membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya tidak begitu memuaskan. Sehingga berdakwah di kawasan area lokalisasi Dolly diperlukan suatu komunitas atau organisasi agar dakwah bisa secara menyeluruh. Akhirnya dibentuklah FORKEMAS. FORKEMAS (Forum Komunikasi Elemen Masyarakat Surabaya) ini mulai dibentuk pada tahun 2002 dengan diketuai oleh Bapak H. Sunarto yang saat itu merupakan Doctor prostitusi di Surabaya yang mengajak Prof. Ali Aziz salah satu dosen UINSA, kemudian mengajak Ustadz Khoiron yang merupakan ustadz Prostitusi di daerah Dolly serta bapak Sunarto Sholahuddin yang membantu dalam bentuk finansial untuk mensukseskan program dakwah ini. FORKEMAS ini mulai berdakwah di 6 lokalisasi yang ada di Surabaya sejak tahun 2002.
Mulai tahun 2012, mereka berganti nama menjadi IDEAL - MUI Jawa Timur. IDEAL-MUI Jawa Timur adalah Ikatan Da’I Area Lokalisasi - MUI Jawa Timur. Mereka mulai berdakwah tidak hanya di area Surabaya saja melainkan juga mulai keluar Surabaya. Obyek dakwah IDEAL – MUI Jatim adalah para wanita harapan dan mucikari yang ada di lokalisasi se Provinsi Jawa Timur. Tugas dakwah IDIAL tidak hanya mentargetkan tertutupnya seluruh lokalisasi terutama di daerah Jawa Timur, tetapi juga  memperhatikan program - program pasca penutupan lokalisasi di Jawa Timur.

H. Sunarto Sholahuddin (Owner PT. Berkah aneka laut & Bendahara umum Masjid Nurul Fattah Jl. Demak 319 Surabaya)


“Jujur itu adalah kunci utama dalam mencapai kesuksesan”. Di dunia ini memang tidak ada yang instan atau langsung tersedia dengan cepat tanpa adanya suatu usaha. Keadaan pernah dirasakan oleh owner perusahaan perikanan laut yang berkualitas Internasional, berpusat di Surabaya, Jawa Timur (Jatim), yaitu bapak H. Sunarto Sholahuddin.
            Beliau dilahirkan di  desa kecil, lebih tepatnya di daerah Menganti, Gresik. Beliau termasuk salah satu murid yang cerdas. Hingga beranjak sedikit dewasa, bapak Sunarto ini sudah menjelajah bersama sang kakak menuju Surabaya untuk mengadu nasib. Tetapi karena tidak mempunyai persiapan apapun akhirnya bapak Sunarto ini memulai pekerjaan dari bawah seperti menjadi pelayan toko di Surabaya.
          Di dalam berdagang sendiri, bapak Sunarto mengikuti jejak Rasulullah dengan menerapkan prinsip - prinsip berdagang Rasulullah, agar memperoleh berkah dalam usaha dagangnya. Prinsip – prinsip tersebut adalah:

1. Shidiq : Jujur. Kejujuran adalah hal yang utama bagi setiap pendagang.

2. Fatonah : cerdas, kreatif dan inovatif. Seorang penjual diusahakan memiliki ide kreatif untuk barang dagangannya, agar diminati oleh pembeli.

3. Tabligh : Komunikatif. Penjual dituntut untuk pintar berkomunikasi agar barang dagangan mereka cepat laku.

4. Amanah : dapat dipercaya dan tanggung jawab. Para penjual harus bisa mempertanggung jawabkan barang dagangan mereka.

       Di PT. Berkah Aneka Laut, tidak hanya menerapkan prinsip dalam berdagang, tetapi juga menerapkan beberapa ibadah dalam berdagang. Seperti, beberapa persen penghasilan yang dihasilkan oleh perusahaan bapak Shola ini disumbangkan atau di donasikan untuk pondok pesantren, masjid, anak yatim, kaum dhuafa maupun para pejuang keagamaan. Selain itu saling mendoakan perusahaan lain agar sama - sama sukses. Dan kunci dari berdagang ini hanya ada 3, yaitu :
1.     Rajin belajar dan berdoa, bermimpi dapat meraih cita - cita setinggi - tingginya.
2.     Taati kedua orang tua dan para guru.
3.  Disaat lulus kuliah, janganlah menunggu pekerjaan tetapi cobalah untuk menciptakan pekerjaan.
Seperti halnya yang terjadi di Surabaya ini tepatnya disaat penutupan area lokalisasi Dolly Surabaya. Perusahaan milik bapak Shola ini memberikan bantuan berupa finansial dari penghasilan perusahaan beliau untuk membantu menutup lokalisasi Dolly ini serta menyuplai dana untuk mendirikan tempat usaha bagi para mantan WTS dan Mucikari agar bisa bekerja dengan pekerjaan yang baru dan halal.


Dr. H. Sunarto AS, MEI (Doktor Prostitusi/ IDEAL – MUI Jatim)

“Dakwah di lokalisasi itu harus dilakukan secara jaringan atau dakwah integral, dakwah tidak sendiri tapi bersama - sama. Itu yang lebih optiomal.” Bapak Sunarto yang lebih kerab dipanggil bapak Narto, lahir di Surabaya, tanggal 26 Desember tahun 1959. Beliau menempuh pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah I Sabillah Salamah dan Madrasah Miftahul Ulum Pondok Pesantren Sido Giri, Pasuruan lulus pada tahun 1973. Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Tsanawiyah Ponpes Tebuireng, Jombang lulus pada tahun 1976. Dan masuk ke Madrasah Aliyah Ponpes Tebuireng, Jombang lulus pada tahun 1979. Selanjutnya mengambil jurusan PPAI IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA tahun 1980 lulus 1987 di Fakultas Dakwah. Sebelum lulus dengan gelar sarjana lengkap, beliau pernah menjadi sarjana muda Fakultas Dakwah IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA tahun 1984. Kemudian melanjutkan ke S2 mengambil jurusan Ekonomi Islam PPS IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA lulus tahun 2003 dan S3 PPS SUNAN AMPEL SURABAYA dengan mengambil jurusan Dirasah Islamiah lulus tahun 2012.
Beliau aktif dalam beberapa organisasi. Beliau pernah menjadi Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Krembangan, Surabaya tahun 1995 – 1998, Kemudian menjadi Sekretaris KNPI Kota Surabaya tahun 1996 – 2000, menjadi Ketua Tim Seleksi KPU Kota Surabaya 2004, hingga menjadi Ketua Umum Ikatan Dai Area Lokalisasi (Idial) Jawa Timur tahun 2012 – 2017. Selain itu beliau juga termasuk da’i yang aktif dalam berdakwah di berbagai tempat, Salah satunya mengisi pengajian di Hongkong dan Macau tahun 2012.
Konteks dakwah beliau adalah mengubah kemungkaran menjadi kebajikan, dengan menggunakan metode berdakwah Integratif, Persuasif dan Solutif. Sebelum nya beliau hanya berinisiatif untuk berdakwah secara individu di daerah lokalisasi, tetapi hasilnya tidak maksimal dan membutuhkan waktu yang lama. Sehingga beliau mengajak elemen - elemen masyarakat yang lain seperti kiai Khoiron Syuaib selaku ustad di daerah lokalisasi, serta Prof. Ali Aziz selaku salah satu dosen universitas negeri islam di Surabaya yang sudah mahir dalam bidang berkdakwah.
Metode pertama yang dilakukan oleh beliau adalah dakwah dengan metode Integratif (menyeluruh). Beliau berdakwah di depan WTS dan mucikari itu secara menyeluruh, dimana tidak hanya hati nya saja yang diberi dakwah tetapi fisik juga dibekali ajaran dakwah agar dakwah itu bisa menyerap ke seluruh tubuh para WTS dan Mucikari itu.
Metode kedua adalah metode Persuasif (pendekatan manusiawi). Dakwah yang dilakukan oleh Bapak Sunarto adalah tidak pernah menyudutkan para WTS dan mucikari. Justru beliau beserta FORKEMAS merangkul para WTS dan Mucikari ini layaknya saudara mereka sendiri.
Metode ketiga adalah metode Solutif. Belum bisa dikatakan dakwah, apabila yang kita sampaikan hanyalah seruan untuk segera bertaubat. Namun baru dikatakan dakwah apabila si pendakwah memberikan solusi yang bisa membangun atau membantu mitra dakwah untuk bangkit.
Para WTS dan Mucikari takut untuk mencari pekerjaan baru. Hal ini dikarenakan pandangan mereka mengenai pekerjaan baru yang sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu bapak Sunarto beserta elemen - elemennya membekali para WTS dan Mucikari dengan  pengajaran berupa seni menjahit, seni rupa, ataupun yang lainnya, sesuai dengan keahlian mereka masing – masing. Beliau juga bekerja sama dengan Dinas Sosial Surabaya agar bakat para mantan WTS dan Mucikari ini dapat tersalurkan dan dilihat oleh masyarakat luas.

KH Khoiron Syu'aib (Kyai Prostitusi)

Kyai Khoiron adalah anak dari pasangan Syu'aib dan Hj. Muntayyah yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1959. Beliau adalah da’i yang tinggal di komplek lokalisasi Bangunsari. Sejak lahir beliau sudah berada di kampung yang bergelimang kemaksiatan, karena orang tuanya memang tinggal disitu. Tak ingin terseret pengaruh negatif, orang tua beliau mengirim beliau ke Pesantren Tebuireng, Jombang. Kemudian beliau melanjutkan kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Sebagai lulusan pesantren, ia merasa tidak nyaman melihat kemaksiatan di hadapannya. Akhirnya terbersit niat untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.
KH Khoiron memanfatkan gedung bioskop yang tak jauh dari Bangusari untuk menggencarkan visi misinya yakni mengetuk hati nurani para WTS dan mucikari. Bahkan sampai dengan sekarang, beliau masih berceramah tetapi tidak di gedung bioskop, melainkan di balai RW setiap seminggu sekali.
Tidak semua orang mendukung dakwah beliau. Cibiran, cemohan dan hinaan pernah menderanya. Namun beliau tidak menanggapi cibiran dan cemoohan dari masyarakat sekitar dengan serius, beliau tetap terus berdakwah, dan juga tak pernah menegur ataupun mengancam jamaahnya meskipun kembali ke profesi sebagai WTS dan mucikari. Beliau hanya percaya jika hidayah Allah pasti datang.
Berkat kegigihannya, dakwahnya mulai diterima oleh kalangan WTS dan mucikari. Beliau kemudian mendirikan sebuah Pondok Pesantren Roudlotul Khoir di Bangunsari sebagai pusat dakwah. Pesantren yang beliau dirikan ini merupakan pengembangan dari TPQ Raudlatul Khoir yang beliau bina selama puluhan tahun.  
Seiring berjalannya waktu, Kiai Khoiron sampai dikenal dengan Kiainya Para WTS dan mucikari. Sosok dai ini mengambil jalan moderat, tetapi tidak frontal. Di sana, ia melakukan pencerahan tanpa adanya cacian dan juga pentungan. Dalam proses pengentasan para WTS dan mucikari, beliau menghabiskan waktu selama tiga puluh tahun untuk berdakwah. Dan baginya strategi yang efektif adalah melalui anak mereka.
Kini, setelah dinyatakan sebagai kampung bebas prostitusi, Kiai Khoiron tetap melanjutkan kiprahnya di kawasan lain. Dan Bagi saya, pendekatan dakwah yang dilakukan Kiai Khoiron itu lebih bermutu, elegan dan punya hasil yang jelas. Beliau berdakwah secara santun, tanpa mencaci maki, dan yang utama adalah memanusiakan manusia. Beliau juga tidak bertindak brutal. Melainkan tetap menggandeng pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk menekan angka human traficking sekaligus membubarkan lokalisasi dengan diiringi pemberdayaan kepada bekas penghuninya. Indonesia selalu butuh sosok - sosok inspiratif seperti beliau.
Tetapi metode yang paling identic dari dakwah ustad Khoiron ini adalah disaat beliau ceramah, beliau tidak pernah menyebut kata “dosa” disetiap ceramah beliau. Beliau hanya menyampaikan ayat - ayat suci Al Qur’an yang menunjukkan kenapa hal - hal yang diharamkan itu bisa haram. Beliau juga tidak menyampaikan dakwah kepada para preman secara keras seperti menuntut untuk segera melaksanakan ibadah atau hal yang lainnya.
Seperti kisah dimana saat beliau bertemu dengan salah satu pimpinan preman di area lokalisasi tersebut, yaitu bapak Gatot Subiantoro. Bapak Gatot ini sering sekali ‘bermain’ bersama teman - temannya di dekat rumah ustadz Khoiron. Hingga ustadz Khoiron ini hafal kegiatan rutin yang dilakukan oleh bapak Gatot. Tetapi pada suatu waktu, bapak Gatot ini mendengarkan ceramah ustadz Khoiron, yang factanya mampu menggetarkan dan menyentuh hati bapak Gatot. Sehingga pada tahun 2000 bapak Gatot menyatakan insyaf.
Tidak banyak orang yang berminat untuk terjun ke lapangan menjadi juru dakwah. Apalagi jika medan yang dihadapi memiliki problem khusus seperti daerah lokalisasi prostitusi. Di tempat demikian, tingginya jam terbang seorang da’i tidak menjadi jaminan seruannya didengarkan masyarakat yang sudah terbiasa dengan dunia hitam.
H. Gatot Subiantoro
“Kekayaan itu tidak ada habisnya, kemiskinan itu tidak ada habisnya. Tetapi umur itu pasti ada masa habisnya.” Namanya Gatot Subiantoro. Dulu ia adalah salah satu penguasa di kawasan lokalisasi Bangunsari Surabaya. Selain Dolly, Bangunsari adalah lokalisasi yang pernah berjaya di Kota Pahlawan. Namun demikian, berkat aksi pendampingan beberapa ulama yang tergabung dalam IDEAL (Ikatan Dai Area Lokalisasi), Bangunsari bisa ditertibkan menjadi Broadband Learning Centre.
Pria bertubuh tinggi besar ini hampir 25 tahun malang - melintang dalam bisnis yang haram. Berbagai kegiatan “maksiat” tentunya pernah beliau lakoni. Namun sejak tahun 2000, beliau sudah insaf. Allah memberinya hidayah melalui ucapan KH. Khoiron Syuaib, pria yang menjadi rival sebelumnya.
Sebelum berhenti dari kehidupan kelamnya, bapak Gatot ini memiliki tugas mencari calon WTS di berbagai daerah. Namun setelah beliau bertobat, beliau dipercayakan oleh Kiai Khoiron dalam kegiatan pengentasan WTS dan mucikari, sekaligus menjadi salah satu pengurus di Pondok Pesantren Raudlatul Khoir, pesantren yang dirintis oleh Kiai Khoiron di belakang kediamannya.
Mengubah jalan hidup, dari preman menjadi relawan, bukanlah hal yang mudah. Selain mendapatkan tentangan keras dan permusuhan dari rekan - rekan sesama preman, beliau masih gamang memikirkan rezeki buat keluarganya seusai berhenti dari kegiatan di lokalisasi. Namun beliau akhirnya diyakinkan oleh abah Khoiron untuk mencari pekerjaan yang halal, dan sekarang beliau menekuni bisnis jual beli mobil.
Bapak Gatot menuturkan, saat ini dirinya lebih tenang menjalani hidup. Beliau hanya ingin tenang menjalani kehidupan sembari menebus kesalahannya di masa lalu dengan berbuat baik kepada siapapun, kapanpun, dan di manapun. Beliau menjadi salah satu bukti bahwa dakwah membutuhkan strategi yang khas, yang elegan, dan butuh proses yang panjang agar hasil akhirnya memuaskan dan mendapatkan rida dari Allah SWT.
Di akhir kalimat ini, bapak Gatot menyampaikan kepada mahasiswa UINSA jurusan KPI pada Kuliah lapangan kontemporer dan enterpreuner yang diselenggarakan pada hari Sabtu (13/04/2019), bahwa “Dakwah itu jangan hanya ditempat saja, jangan hanya kepada orang yang itu - itu saja. Tetapi berdakwah kepada orang yang disekitarmu itu juga perlu. Atau berdakwalah di tempat seperti lokalisasi ini karena masih banyak manusia yang membutuhkan tuntunan menuju jalan yang benar.”

Pelajaran dan Kesan yang Dipetik


Bertemu dengan orang – orang hebat seperti mereka merupakan hal yang langka bagi diri saya. Saya sangat bersyukur sekali bisa mendapatkan banyak kesempatan untuk bergabung dalam kuliah lapangan kontemporer dan entrepreneurship yang di ampu oleh bapak Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag,  ibu Ati’ Nursyafa’ah, M.Kom.I, bapak Samsuriyanto, S.Kom.I.,M.Sos, dan ibu Baiti Rahmawati, S.Sos.  Saya sangat mendapatkan banyak sekali pengetahuan dan juga ilmu dengan adanya kuliah lapangan ini. Selain itu, dari perkuliahan lapangan ini sendiri memberikan beberapa pelajaran yang bisa saya petik, diantaranya yaitu:
  1. Menjadi pendakwah yang baik tidak hanya pandai dalam berbicara, tetapi juga harus mampu memilih metode dan strategi yang tepat untuk berdakwah
  2. Terus bangkit dan jangan mudah menyerah terhadap suatu masalah yang menimpa, karena kita mempunyai Allah yang jauh lebih besar dari masalah yang kita punya
  3. Jangan pernah sombong dan mudah puas terhadap apa yang kita miliki sekarang, Ingat pepatah bahwa diatas langit masih ada langit lagi
  4. Jadilah orang yang mampu memotivasi orang lain untuk menjadi yang lebih baik tanpa adanya paksaan
  5. Terus maju dan jangan pandang orang lain yang mencemoh kita, selama kita berada dijalan yang benar
  6. Senantiasa berusaha dan berdoa, teruslah bangkit dan maju tanpa gentar untuk mencapai suatu impian
  7. Jangan beranggapan bahwa kamu satu – satunya orang yang paling baik, sehingga orang lain selalu salah dimatamu. Ingatlah bahwa kebenaran berada di tangan Allah SWT
  8. Rangkullah saudara - saudara kita yang membutuhkan bimbingan dan petunjuk kita
  9. Jadilah orang yang jujur, karena kunci utama kehidupan itu berhasil adalah jujur
  10. Kamu bisa menjadi lebih baik, asal kamu berupaya lebih giat dan tekun lagi dalam berbisnis maupun berdakwah

 Ini beberapa dokumentasi bersama teman - teman saya ketika berada di Dolly.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lebih Dekat Dengan Al Qur'an

Assalamualaikum gengz, welcome to my article❤ Nah untuk kesempatan ini kita gak jauh beda pembahasan dari materi kemarin sih, cuman yang ini lebih greget deh. Dijamin yang baca gak nyesel (Amin ya Allah Semoga).

Belajar Al Qur’an dengan metode Tilawati

Assalamualaikum Ukthi/Akhi. Pada kesempatan kali ini, yuk bahas mengenai Metode pengajaran Al Qur'an. Dijamin seru abis gengzz!