Sejarah Dolly
Dari setiap negara, tepatnya di kota
- kota besar pasti ada lokasi prostitusi termasuk Indonesia sendiri. Siapa yang
tak kenal dengan kawasan Dolly yang berada disudut kota Surabaya, yang terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang. Konon,
area lokalisasi Dolly ini disebut - sebut sebagai area lokalisasi terbesar se -
Asia Tenggara. Bahkan lebih besar dari Patpong
di Bangkok, Thailand dan Geylang di Singapura. Lokalisasi
Dolly merupakan satu dari empat puluh tujuh (47) lokalisasi prostitusi yang ada di Jawa Timur,
dan termasuk dari enam (6) lokalisasi prostitusi yang besar di Surabaya.
Lokalisasi Dolly
yang berada di lima RW di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, terbagi
menjadi dua lokalisasi. Pertama, lokalisasi Gang Dolly, dimana deretan wisma
terletak di sisi selatan Jalan Jarak. Kedua, lokalisasi Jarak yang letaknya
tepat di seberang jalan lokalisasi Dolly. Berdasarkan
dokumentasi Kelurahan Putat Jaya, tercatat ada 284 wisma yang beroperasi hingga
penutupan Dolly di tahun 2014 lalu. Serta tercatat juga ada 208 mucikari yang
menjalankan bisnis prostitusi di Dolly. Dan terdapat 1449 PSK yang mencari
rezeki di area lokalisasi Dolly ini.
Sejarah mencatat, area lokalisasi Dolly ini rupanya dahulu adalah tempat pemakaman warga
Tionghoa pada zaman penjajahan Belanda. Namun pemakaman ini disulap oleh
seorang Noni Belanda yang bernama Dolly, sebagai tempat prostitusi. Sebagai
pencetus komplek lokalisasi di Jalan Jarak, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan
Sawahan, Kota Surabaya, maka perempuan dengan sebutan tante Dolly itu kemudian
dikenal sebagai tokoh melegenda tentang asal muasal terbentuknya gang
lokalisasi prostitusi tersebut. Dalam perkembangannya, gang Dolly semakin
dikenal oleh masyarakat luas. Tidak hanya itu, area lokalisasi Dolly ini juga
menjadi tumpuan hidup bagi ribuan pedagang kaki lima, tukang parkir, dan calon
prostitusi.
Namun area lokalisasi ini akhirnya ditutup oleh
Ibu Tri Rismaharini pada Rabu 18 Juni 2014
dengan dibantu oleh GUIB
dan IDIAL MUI Jatim,
dan resmi dideklarasikan penutupannya oleh perwakilan masyarakat Dolly
di Gedung Islamic Center Surabaya. Selain itu, sejumlah pejabat penting seperti Menteri Sosial
Salim Segaf Al Jufri, Gubernur Jatim Soekarwo, juga turut menyaksikan penutupan
area lokalisasi Dolly tersebut. Tetapi, setelah lima tahun lokalisasi Gang Dolly
resmi ditutup, mulailah muncul kasus - kasus prostitusi melalui jalur online di
Surabaya. Selain itu, pasca penutupan Dolly ini sendiri, masih
terdapat upaya - upaya para PSK yang menawarkan diri secara sembunyi –
sembunyi.
Seperti apa yang diucapkan oleh Ustadz Khoiron
dalam kuliah lapangan Kontemporer dan Enterpreneur di masjid At - Taubah yang
diselenggarakan oleh mahasiswa UINSA prodi KPI pada hari sabtu tanggal 13 April
2019, beliau menuturkan “Prostitusi itu tetap akan selalu ada selama syaitan
tidak hilang. Tetapi bukan prostitusinya yang dihilangkan melainkan apa yang
ada di prostitusi itu yang harus kita basmi.”
Selain itu, ustad Khoiron juga menggandeng ustad Abiddin Wahab
yang dikenal dengan Abah Petruk dalam usahanya menutup area lokalisasi Dolly
tersebut. Sudah sekitar 24 tahun beliau
berdakwah dalam area ini. Adapula, mushollah al - huda yang menjadi saksi bisu
perjalanan beliau dalam berdakwah. Dengan beiringnya waktu, mushollah al – huda
ini akhirnya berubah menjadi masjid at Taubah pada tahun 1987.
Beliau juga membiasakan para jamaah di dalam
masjid untuk senantiasa membaca 4.444
Sholawat Nariyah. Hingga akhirnya beliau dipercaya oleh warga sekitar sebagai
Ta’mir Majid at Taubah dan berbakat mengobati segala macam penyakit. Selain itu
beliau juga dituakan dalam lingkungan tersebut pada tahun 1990. Lalu pada tahun
2008 baru bergabung dengan dinas social untuk penutupan area lokalisasi Dolly
tersebut. Hingga tertutuplah Dolly pada tahun 2014. Dan pada hari Minggu
(21/2/2016), Wali Kota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini mulai meresmikan kampung
Dolly menjadi “Dolly, Kampung Wisata Penuh Cerita”.
FORKEMAS yang berubah menjadi IDEAL-MUI Jatim
Berdakwah secara individual membutuhkan waktu yang
lama dan hasilnya tidak begitu memuaskan. Sehingga berdakwah di kawasan area
lokalisasi Dolly diperlukan suatu komunitas atau organisasi agar dakwah bisa
secara menyeluruh. Akhirnya dibentuklah FORKEMAS. FORKEMAS (Forum Komunikasi
Elemen Masyarakat Surabaya) ini mulai dibentuk pada tahun 2002 dengan diketuai
oleh Bapak H. Sunarto yang saat itu merupakan Doctor prostitusi di Surabaya
yang mengajak Prof. Ali Aziz salah satu dosen UINSA, kemudian mengajak Ustadz
Khoiron yang merupakan ustadz Prostitusi di daerah Dolly serta bapak Sunarto
Sholahuddin yang membantu dalam bentuk finansial untuk mensukseskan program
dakwah ini. FORKEMAS ini mulai berdakwah di 6 lokalisasi yang ada di Surabaya
sejak tahun 2002.
Mulai tahun 2012,
mereka berganti nama menjadi IDEAL - MUI Jawa Timur. IDEAL-MUI Jawa Timur
adalah Ikatan Da’I Area Lokalisasi - MUI Jawa Timur. Mereka mulai berdakwah
tidak hanya di area Surabaya saja melainkan juga mulai keluar Surabaya. Obyek
dakwah IDEAL – MUI Jatim adalah para wanita harapan dan mucikari yang ada di
lokalisasi se Provinsi Jawa Timur. Tugas dakwah IDIAL
tidak hanya mentargetkan tertutupnya seluruh lokalisasi terutama di daerah Jawa
Timur, tetapi juga memperhatikan program
- program pasca penutupan lokalisasi di Jawa Timur.
H. Sunarto Sholahuddin (Owner PT. Berkah aneka
laut & Bendahara umum Masjid Nurul Fattah Jl. Demak 319 Surabaya)
“Jujur itu adalah kunci utama dalam mencapai kesuksesan”. Di dunia ini memang tidak ada yang instan atau
langsung tersedia dengan cepat tanpa adanya suatu usaha. Keadaan pernah dirasakan
oleh owner perusahaan perikanan laut yang
berkualitas Internasional, berpusat di Surabaya, Jawa Timur (Jatim), yaitu
bapak H. Sunarto Sholahuddin.
Beliau dilahirkan
di desa kecil, lebih tepatnya di daerah
Menganti, Gresik. Beliau termasuk salah satu murid yang cerdas. Hingga beranjak
sedikit dewasa, bapak Sunarto ini sudah menjelajah bersama sang kakak menuju
Surabaya untuk mengadu nasib. Tetapi karena tidak mempunyai persiapan apapun
akhirnya bapak Sunarto ini memulai pekerjaan dari bawah seperti menjadi pelayan
toko di Surabaya.
Di dalam berdagang sendiri, bapak Sunarto
mengikuti jejak Rasulullah dengan menerapkan prinsip - prinsip berdagang Rasulullah,
agar memperoleh berkah dalam usaha dagangnya. Prinsip – prinsip tersebut
adalah:
1. Shidiq : Jujur. Kejujuran adalah hal yang utama bagi setiap pendagang.
2. Fatonah : cerdas, kreatif dan inovatif. Seorang penjual diusahakan memiliki ide kreatif untuk barang dagangannya, agar diminati oleh pembeli.
3. Tabligh : Komunikatif. Penjual dituntut untuk pintar berkomunikasi agar barang dagangan mereka cepat laku.
4. Amanah : dapat dipercaya dan tanggung jawab. Para penjual harus bisa mempertanggung jawabkan barang dagangan mereka.
1. Shidiq : Jujur. Kejujuran adalah hal yang utama bagi setiap pendagang.
2. Fatonah : cerdas, kreatif dan inovatif. Seorang penjual diusahakan memiliki ide kreatif untuk barang dagangannya, agar diminati oleh pembeli.
3. Tabligh : Komunikatif. Penjual dituntut untuk pintar berkomunikasi agar barang dagangan mereka cepat laku.
4. Amanah : dapat dipercaya dan tanggung jawab. Para penjual harus bisa mempertanggung jawabkan barang dagangan mereka.
Di PT. Berkah Aneka Laut, tidak hanya menerapkan
prinsip dalam berdagang, tetapi juga menerapkan beberapa ibadah dalam
berdagang. Seperti, beberapa persen penghasilan yang dihasilkan oleh perusahaan
bapak Shola ini disumbangkan atau di donasikan untuk pondok pesantren, masjid,
anak yatim, kaum dhuafa maupun para pejuang keagamaan. Selain itu saling
mendoakan perusahaan lain agar sama - sama sukses. Dan kunci dari berdagang ini
hanya ada 3, yaitu :
1. Rajin belajar dan berdoa, bermimpi dapat meraih cita - cita
setinggi - tingginya.
2. Taati kedua orang tua dan para guru.
3. Disaat lulus kuliah, janganlah menunggu pekerjaan tetapi
cobalah untuk menciptakan pekerjaan.
Seperti halnya yang terjadi di Surabaya ini
tepatnya disaat penutupan area lokalisasi Dolly Surabaya. Perusahaan milik
bapak Shola ini memberikan bantuan berupa finansial dari penghasilan perusahaan
beliau untuk membantu menutup lokalisasi Dolly ini serta menyuplai dana untuk
mendirikan tempat usaha bagi para mantan WTS dan Mucikari agar bisa bekerja
dengan pekerjaan yang baru dan halal.
Dr. H. Sunarto AS, MEI (Doktor Prostitusi/ IDEAL – MUI Jatim)
“Dakwah di lokalisasi itu harus dilakukan
secara jaringan atau dakwah integral, dakwah tidak sendiri tapi bersama - sama.
Itu yang lebih optiomal.” Bapak Sunarto yang lebih kerab dipanggil bapak
Narto, lahir di Surabaya, tanggal 26 Desember tahun 1959. Beliau menempuh
pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah I Sabillah Salamah dan Madrasah
Miftahul Ulum Pondok Pesantren Sido Giri, Pasuruan lulus pada tahun 1973. Kemudian
beliau melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Tsanawiyah Ponpes Tebuireng,
Jombang lulus pada tahun 1976. Dan masuk ke Madrasah Aliyah Ponpes Tebuireng,
Jombang lulus pada tahun 1979. Selanjutnya mengambil jurusan PPAI IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA tahun 1980 lulus 1987 di Fakultas Dakwah. Sebelum lulus dengan gelar
sarjana lengkap, beliau pernah menjadi sarjana muda Fakultas Dakwah IAIN SUNAN
AMPEL SURABAYA tahun 1984. Kemudian melanjutkan ke S2 mengambil jurusan Ekonomi
Islam PPS IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA lulus tahun 2003 dan S3 PPS SUNAN AMPEL
SURABAYA dengan mengambil jurusan Dirasah Islamiah lulus tahun 2012.
Beliau aktif dalam beberapa organisasi. Beliau
pernah menjadi Ketua
PAC GP Ansor Kecamatan Krembangan, Surabaya tahun 1995 – 1998, Kemudian menjadi
Sekretaris KNPI Kota Surabaya tahun 1996 – 2000, menjadi Ketua Tim Seleksi KPU
Kota Surabaya 2004, hingga menjadi Ketua Umum Ikatan Dai Area Lokalisasi
(Idial) Jawa Timur tahun 2012 – 2017. Selain itu beliau juga termasuk da’i yang
aktif dalam berdakwah di berbagai tempat, Salah satunya mengisi pengajian di
Hongkong dan Macau tahun 2012.
Konteks
dakwah beliau adalah mengubah kemungkaran menjadi kebajikan, dengan menggunakan
metode berdakwah Integratif, Persuasif dan Solutif. Sebelum nya beliau hanya
berinisiatif untuk berdakwah secara individu di daerah lokalisasi, tetapi
hasilnya tidak maksimal dan membutuhkan waktu yang lama. Sehingga beliau
mengajak elemen - elemen masyarakat yang lain seperti kiai Khoiron Syuaib
selaku ustad di daerah lokalisasi, serta Prof. Ali Aziz selaku salah satu dosen
universitas negeri islam di Surabaya yang sudah mahir dalam bidang berkdakwah.
Metode pertama yang dilakukan oleh beliau adalah
dakwah dengan metode Integratif (menyeluruh). Beliau berdakwah di depan WTS dan
mucikari itu secara menyeluruh, dimana tidak hanya hati nya saja yang diberi
dakwah tetapi fisik juga dibekali ajaran dakwah agar dakwah itu bisa menyerap
ke seluruh tubuh para WTS dan Mucikari itu.
Metode kedua adalah metode Persuasif (pendekatan
manusiawi). Dakwah yang dilakukan oleh Bapak Sunarto adalah tidak pernah menyudutkan
para WTS dan mucikari. Justru beliau beserta FORKEMAS merangkul para WTS dan
Mucikari ini layaknya saudara mereka sendiri.
Metode ketiga adalah metode Solutif. Belum bisa
dikatakan dakwah, apabila yang kita sampaikan hanyalah seruan untuk segera
bertaubat. Namun baru dikatakan dakwah apabila si pendakwah memberikan solusi
yang bisa membangun atau membantu mitra dakwah untuk bangkit.
Para WTS dan Mucikari takut untuk mencari
pekerjaan baru. Hal ini dikarenakan pandangan mereka mengenai pekerjaan baru
yang sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu bapak Sunarto beserta elemen - elemennya
membekali para WTS dan Mucikari dengan
pengajaran berupa seni menjahit, seni rupa, ataupun yang lainnya, sesuai
dengan keahlian mereka masing – masing. Beliau juga bekerja sama dengan Dinas
Sosial Surabaya agar bakat para mantan WTS dan Mucikari ini dapat tersalurkan
dan dilihat oleh masyarakat luas.
KH Khoiron Syu'aib (Kyai Prostitusi)
Kyai Khoiron adalah anak dari pasangan Syu'aib dan Hj. Muntayyah yang
lahir pada tanggal 17 Agustus 1959. Beliau
adalah da’i yang tinggal di komplek lokalisasi Bangunsari. Sejak lahir
beliau sudah berada di kampung yang bergelimang kemaksiatan, karena orang
tuanya memang tinggal disitu. Tak ingin terseret pengaruh negatif, orang tua
beliau mengirim beliau ke Pesantren Tebuireng, Jombang. Kemudian beliau melanjutkan
kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Sebagai lulusan pesantren, ia merasa
tidak nyaman melihat kemaksiatan di hadapannya. Akhirnya terbersit niat untuk melakukan
amar ma’ruf nahi mungkar.
KH Khoiron
memanfatkan gedung bioskop yang tak jauh dari Bangusari untuk menggencarkan
visi misinya yakni mengetuk hati nurani para WTS dan mucikari. Bahkan sampai
dengan sekarang, beliau masih berceramah tetapi tidak di gedung bioskop,
melainkan di balai RW setiap seminggu sekali.
Tidak
semua orang mendukung dakwah beliau. Cibiran, cemohan dan hinaan pernah
menderanya. Namun beliau tidak menanggapi cibiran dan cemoohan dari masyarakat
sekitar dengan serius, beliau tetap terus berdakwah, dan juga tak pernah
menegur ataupun mengancam jamaahnya meskipun kembali ke profesi sebagai WTS dan
mucikari. Beliau hanya percaya jika hidayah Allah pasti datang.
Berkat kegigihannya, dakwahnya mulai diterima oleh kalangan
WTS dan mucikari. Beliau kemudian mendirikan sebuah Pondok Pesantren Roudlotul
Khoir di Bangunsari sebagai pusat dakwah. Pesantren yang
beliau dirikan ini merupakan pengembangan dari TPQ Raudlatul Khoir yang beliau
bina selama puluhan tahun.
Seiring berjalannya waktu, Kiai Khoiron sampai dikenal dengan
Kiainya Para WTS dan mucikari. Sosok dai ini mengambil jalan moderat, tetapi
tidak frontal. Di sana, ia melakukan pencerahan tanpa adanya cacian dan juga
pentungan. Dalam proses
pengentasan para WTS dan mucikari, beliau menghabiskan waktu selama tiga puluh
tahun untuk berdakwah. Dan baginya strategi yang efektif adalah melalui anak
mereka.
Kini, setelah dinyatakan sebagai kampung bebas prostitusi,
Kiai Khoiron tetap melanjutkan kiprahnya di kawasan lain. Dan Bagi saya, pendekatan dakwah yang dilakukan Kiai
Khoiron itu lebih bermutu, elegan dan punya hasil yang jelas. Beliau berdakwah
secara santun, tanpa mencaci maki, dan yang utama adalah memanusiakan manusia.
Beliau juga tidak bertindak brutal. Melainkan tetap menggandeng pemerintah
sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk menekan angka human traficking
sekaligus membubarkan lokalisasi dengan diiringi pemberdayaan kepada bekas
penghuninya. Indonesia selalu butuh sosok
- sosok inspiratif seperti beliau.
Tetapi metode yang paling identic dari dakwah ustad Khoiron
ini adalah disaat beliau ceramah, beliau tidak pernah menyebut kata “dosa”
disetiap ceramah beliau. Beliau hanya menyampaikan ayat - ayat suci Al Qur’an
yang menunjukkan kenapa hal - hal yang diharamkan itu bisa haram. Beliau juga
tidak menyampaikan dakwah kepada para preman secara keras seperti menuntut
untuk segera melaksanakan ibadah atau hal yang lainnya.
Seperti kisah dimana saat beliau bertemu dengan
salah satu pimpinan preman di area lokalisasi tersebut, yaitu bapak Gatot
Subiantoro. Bapak Gatot ini sering sekali ‘bermain’ bersama teman - temannya di
dekat rumah ustadz Khoiron. Hingga ustadz Khoiron ini hafal kegiatan rutin yang
dilakukan oleh bapak Gatot. Tetapi pada suatu waktu, bapak Gatot ini
mendengarkan ceramah ustadz Khoiron, yang factanya mampu menggetarkan dan menyentuh
hati bapak Gatot. Sehingga pada tahun 2000 bapak Gatot menyatakan insyaf.
Tidak banyak orang yang berminat untuk terjun
ke lapangan menjadi juru dakwah. Apalagi jika medan yang dihadapi memiliki
problem khusus seperti daerah lokalisasi prostitusi. Di tempat demikian,
tingginya jam terbang seorang da’i tidak menjadi jaminan seruannya didengarkan
masyarakat yang sudah terbiasa dengan dunia hitam.
H. Gatot Subiantoro
“Kekayaan itu tidak ada habisnya, kemiskinan itu tidak ada
habisnya. Tetapi umur itu pasti ada masa habisnya.” Namanya Gatot Subiantoro. Dulu ia
adalah salah satu penguasa di kawasan lokalisasi Bangunsari Surabaya. Selain
Dolly, Bangunsari adalah lokalisasi yang pernah berjaya di Kota Pahlawan. Namun
demikian, berkat aksi pendampingan beberapa ulama yang tergabung dalam IDEAL
(Ikatan Dai Area Lokalisasi), Bangunsari bisa ditertibkan menjadi Broadband Learning Centre.
Pria bertubuh tinggi besar ini hampir
25 tahun malang - melintang dalam bisnis yang haram. Berbagai kegiatan
“maksiat” tentunya pernah beliau lakoni. Namun sejak tahun 2000, beliau sudah insaf.
Allah memberinya hidayah melalui ucapan KH. Khoiron Syuaib, pria yang menjadi
rival sebelumnya.
Sebelum berhenti dari kehidupan
kelamnya, bapak Gatot ini memiliki tugas mencari calon WTS di berbagai daerah.
Namun setelah beliau bertobat, beliau dipercayakan oleh Kiai Khoiron dalam
kegiatan pengentasan WTS dan mucikari, sekaligus menjadi salah satu pengurus di
Pondok Pesantren Raudlatul Khoir, pesantren yang dirintis oleh Kiai Khoiron di
belakang kediamannya.
Mengubah jalan hidup, dari preman
menjadi relawan, bukanlah hal yang mudah. Selain mendapatkan tentangan keras
dan permusuhan dari rekan - rekan sesama preman, beliau masih gamang memikirkan
rezeki buat keluarganya seusai berhenti dari kegiatan di lokalisasi. Namun
beliau akhirnya diyakinkan oleh abah Khoiron untuk mencari pekerjaan yang
halal, dan sekarang beliau menekuni bisnis jual beli mobil.
Bapak Gatot menuturkan, saat ini
dirinya lebih tenang menjalani hidup. Beliau hanya ingin tenang menjalani
kehidupan sembari menebus kesalahannya di masa lalu dengan berbuat baik kepada
siapapun, kapanpun, dan di manapun. Beliau menjadi salah satu bukti bahwa
dakwah membutuhkan strategi yang khas, yang elegan, dan butuh proses yang panjang
agar hasil akhirnya memuaskan dan mendapatkan rida dari Allah SWT.
Di akhir kalimat ini, bapak Gatot menyampaikan kepada mahasiswa
UINSA jurusan KPI pada Kuliah lapangan kontemporer dan enterpreuner yang
diselenggarakan pada hari Sabtu (13/04/2019), bahwa “Dakwah itu jangan hanya
ditempat saja, jangan hanya kepada orang yang itu - itu saja. Tetapi berdakwah
kepada orang yang disekitarmu itu juga perlu. Atau berdakwalah di tempat
seperti lokalisasi ini karena masih banyak manusia yang membutuhkan tuntunan
menuju jalan yang benar.”
Pelajaran dan Kesan yang Dipetik
Bertemu dengan orang – orang hebat seperti mereka
merupakan hal yang langka bagi diri saya. Saya sangat bersyukur sekali bisa
mendapatkan banyak kesempatan untuk bergabung dalam kuliah lapangan kontemporer
dan entrepreneurship yang di ampu oleh bapak Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag, ibu Ati’ Nursyafa’ah, M.Kom.I, bapak Samsuriyanto,
S.Kom.I.,M.Sos, dan ibu Baiti
Rahmawati, S.Sos. Saya sangat
mendapatkan banyak sekali pengetahuan dan juga ilmu dengan adanya kuliah
lapangan ini. Selain itu, dari perkuliahan lapangan ini sendiri memberikan
beberapa pelajaran yang bisa saya petik, diantaranya yaitu:
- Menjadi pendakwah yang baik tidak hanya pandai dalam berbicara, tetapi juga harus mampu memilih metode dan strategi yang tepat untuk berdakwah
- Terus bangkit dan jangan mudah menyerah terhadap suatu masalah yang menimpa, karena kita mempunyai Allah yang jauh lebih besar dari masalah yang kita punya
- Jangan pernah sombong dan mudah puas terhadap apa yang kita miliki sekarang, Ingat pepatah bahwa diatas langit masih ada langit lagi
- Jadilah orang yang mampu memotivasi orang lain untuk menjadi yang lebih baik tanpa adanya paksaan
- Terus maju dan jangan pandang orang lain yang mencemoh kita, selama kita berada dijalan yang benar
- Senantiasa berusaha dan berdoa, teruslah bangkit dan maju tanpa gentar untuk mencapai suatu impian
- Jangan beranggapan bahwa kamu satu – satunya orang yang paling baik, sehingga orang lain selalu salah dimatamu. Ingatlah bahwa kebenaran berada di tangan Allah SWT
- Rangkullah saudara - saudara kita yang membutuhkan bimbingan dan petunjuk kita
- Jadilah orang yang jujur, karena kunci utama kehidupan itu berhasil adalah jujur
- Kamu bisa menjadi lebih baik, asal kamu berupaya lebih giat dan tekun lagi dalam berbisnis maupun berdakwah
Ini beberapa dokumentasi bersama teman - teman saya ketika berada di Dolly.
Komentar
Posting Komentar